TIMES SANGATTA, MAGELANG – Dalam beberapa hari ini, para pengguna media sosial, terutama di TikTok, merasakan dampak dari penonaktifan fitur siaran langsung atau live.
Kebijakan ini diambil oleh TikTok sebagai respons proaktif terhadap situasi keamanan dan ketertiban, yang tengah tak menentu akibat ricuhnya demonstrasi yang ada di berbagai daerah di Indonesia.
Namun ternyata kebijakan ini memiliki dampak signifikan pada para konten kreator dan pelaku bisnis digital.
Salah satunya adalah Septi Norasari, seorang affiliate sukses yang kini harus memutar otak dan mencari strategi agar bisnisnya tetap berjalan di tengah ketidakpastian platform yang ia gunakan untuk memasarkan dagangan.
Septi Norasari, pemilik akun TikTok Outfit By Norasa, telah merasakan manisnya berjualan melalui fitur live. Baginya, live selling adalah kunci utama untuk meningkatkan omzet penjualannya.
Berkat live, usahanya naik dari level 1 ke level 3, bahkan sudah dilirik dan dikontrak oleh berbagai brand.
Sebelum fitur live dinonaktifkan, ia bisa meraup omset harian antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu dengan durasi live 1,5 sampai 2 jam.
Namun ternyata keadaan berubah, ketika fitur live dimatikan, segalanya berubah drastis. Septi mengaku sangat rugi karena penjualan terbesarnya berasal dari saat ia live.
Omsetnya menurun drastis, bahkan tidak ada penjualan sama sekali. Ia kini harus mencari cara lain untuk tetap terhubung dengan pelanggannya.
Merintis Strategi Baru
Septi harus berinovasi agar bisa terus berjualan. Kini, strategi utamanya adalah membuat video berkualitas yang menarik perhatian, memberikan diskon dan mengarahkan pembeli langsung ke 'keranjang kuning' di video tersebut.
"Harus ganti haluan, agar bisa tetap bertahan dan penjualan tidak terhenti," ucap Septi kepada TIMES Indonesia, pada Senin (1/9/2025).
Di tengah ketidakpastian kapan fitur live akan kembali normal, Septi tidak menyerah. Ia menyadari pentingnya membangun personal branding yang kuat.
Menurut perempuan kelahiran September 1998 ini, dengan branding yang solid, bisnis tidak akan mudah jatuh, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.
Ia juga berkomitmen untuk terus berinovasi dengan produk yang sedang tren dan menjaga interaksi baik dengan pembeli.
"Kebijakan hilangnya fitur live di TikTok sangat berdampak besar, terutama bagi orang-orang yang penghasilannya bergantung pada live," keluhnya.
Kini, pemilik hobi traveling ini hanya bisa berharap agar situasi segera pulih dan platform media sosial bisa kembali berfungsi normal sehingga para pengguna bisa lagi memanfaatkan fitur live yang ada. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Septi Norasari, Affiliate yang Terdampak Matinya Fitur Live TikTok
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Ronny Wicaksono |